Achari
Chanakya masuk kedalam kamarnya, Ashoka pada saat itu sudah berada didalam
kamar Chanakya dan memanggilnya “Achary !” Chanakya segera menoleh kearah suara
Ashoka yang duduk bersimpuh diatas lemari “Jika kamu ingin hidup tenang maka
katakan padaku, dimana ibuku ?”, “Hah ! Seorang pengecut memberikan peringatan
!” Chanakya mengejek Ashoka “Seorang pengecut adalah yang menculik seorang ibu
untuk mendapatkan anaknya” ujar Ashoka lantang “Tenang … tenang Ashoka, keputusan
apa yang akan kamu ambil, ibumu akan membayar ini semua, kamu seharusnya menyerahkan
dirimu sendiri untuk menyelamatkan ibumu !”, “Jika terjadi sesuatu pada ibuku
maka seluruh kerajaan Magadha ini harus
membayarnya, jadi keputusan ada ditanganmu !” Chanakya memanggil para
prajuritnya, prajuritpun berdatangan mengacungkan tombak mereka ke Ashoka
kemudian Chanakya menyuruh para prajurit untuk mengikat Ashoka, Ashoka diikat
pada sebuah pilar yang besar “Kamu memang pintar Maharaja Ashoka”, “Kamu itu seharusnya
memberikan petunjuk yang benar untuk kepintaranmu, jika kamu mendengarkan aku
maka tidak akan terjadi apa apa pada ibumu” ujar Chanakya “Kenapa kamu mengikat
aku ?”, “Tidak ada yang bisa dikatakan sebelum waktunya”
Ratu Noor Khorasan (istri MaharajaBindusara yang lain) datang menemui Maharaja Bindusara dikamarnya dan melihat ada
Dharma disana namun Dharma menutupi wajahnya dengan dupattanya sambil meracik
obat obatan “Jadi kamu yang telah dipilih untuk mengobati Maharaja !” Dharma hanya diam saja, saat itu MaharajaBindusara mulai meracau lagi dan
memanggil nama Dharma, Ratu Noor Khorasan sangat kesal mendengarnya “Nama itu telah meracuni sepanjang hidupku !” bathin Ratu Noor Khorasan
kemudian berlalu dengan kesal dari sana, Dharma sedih melihat Maharaha
Bindusara
Tabib yang mengobati Maharaja Bindusara menemui Justin “Yang Mulia,
Acharaya Chanakya telah menghina pekerjaanku”, “Kamu bisa membalas dendam,
tabib ! Pikirkan jika Maharaja Bindusara meninggal karena pengobatan
perempuan itu maka kamu bisa membalaskan dendammu pada Acharaya” Justin meracuni
pikiran tabib “Bagaimana bisa aku membunuh Acharaya, ini perbuatan yang salah ! Aku harus memberitahu Acharaya kalau
nyawa Maharaja Bindusara sedang dalam bahaya !” sang
tabib terlihat panik “Aku tahu rahasiamu, tabib ,,, kamu punya tempat bawah
tanah dirumahmu kan ? ketika kamu menculik anak anak dan mencobakan penemuan
ramuanmu yang terbaru pada mereka, kamu harus menjaga rahasia ini, jangan
sampai rahasia ini terdengar orang lain”
Justin mulai mengancam tabib
Sementara itu, Dharma mencoba menemui Acharaya
dikamarnya, Ashoka yang saat itu masih ditahan dikamar Acharaya begitu
mendengar suaranya ibunya didepan kamar sedang berbicara dengan prajurit
mencoba untuk berteriak “Ibuuuu !” namun Acharaya segera membekap mulut Ashoka
dengan kain putih tak lama kemudian Acharaya keluar kamar menemui Dharma
“Acharaya, aku rasa Maharaja Bindusara membutuhkan pengobatan
special untuk menyelamatkan nyawanya”, “Aku tidak tahu apa apa, Dharma …
pengobatan seperti apa yang kamu inginkan ? Kamu bisa melakukannya, aku akan
melindungi anakmu dan kamu akan mendapatkan anakmu dan suamimu ditanganmu, kamu
harus melindungi mereka berdua” ujar Acharaya, kemudian Dharma meninggalkannya
Tabib sedang membuat ramuan yang sangat special dan
teringat ketika Justin mengatakan bahwa dirinya bisa membalas dendam, saat itu
Dharma sedang membuat ramuan dikamar Maharaja Bindusara, sedangkan Ashoka berusaha
melepaskan diri dari ikatan tali yang mengikat tubuhnya, dia berhasil lolos dan
keluar dari kamar Chanakya, ketika menyelinap kesebuah ruangan, Ashoka melihat
ada dua orang laki laki yang sedang melumuri panah dengan sebuah ramuan yang
bisa membunuh siapapun juga, Ashoka mengambil anak panah dan busurnya kemudian
berjingkat keluar tanpa sepengetahuan mereka, orang yang dilihat oleh Ashoka adalah
sang tabib dan salah satu prajurit “Sekarang, panah ini
bisa digunakan untuk membunuh !” ujar sang tabib. Lolosnya Ashoka diketahui
oleh para prajurit, mereka langsung mengejar Ashoka masuk kedalam hutan, Ashoka
berlari sangat kencang kemudian memanjat sebuah pohon dan bertahan diatas sana
“Kita semua pasti akan dihukum oleh Acharaya !” ujar para prajurit ketika
mereka tidak menemukan Ashoka
Keesokan harinya, Ashoka masih berada diatas pohon
didalam hutan, MaharajaBindusara
juga dibawa masuk kedalam hutan untuk pengobatannya, Dharma ada disana menemani Maharaja Bindusara sambil terus meramu obatnya,
Khurasan juga ada disana. Sambil mengobati, sambil mengobati Maharaja Bindusara, Dharma berupaya untuk terus
menutupi wajahnya dengan dupattanya, dilain pihak chanakya sedang melakukan
semacam ritual didalam sungai, tiba tiba saja ada beberapa orang tidak dikenal
keluar dari dalam sungai mengelilingi Chanakya dan berusaha menenggelamkannya
disungai. Sementara itu didalam hutan, ada sebuah anak panah yang tiba tiba
melesat dan mengenai dada Maharaja Bindusara, semuanya sangat terkejut
dan melihat kearah belakang, mencari siapa orangnya yang telah melesatkan anak
panah itu.
Pada saat itu, Ashoka yang juga sedang duduk diatas pohon
melihat disebrang pohon yang lain ada seseorang yang tidak dikenal
mengenakan baju dan cadar hitam yang melesatkan anak panah tersebut ke tubuh Maharaja Bindusara, Ashoka berusaha
menghentikan orang itu akan tetapi orang tidak dikenal itu lari secepat kilat “Lihat ! Anak itu yang telah menyerang Maharaja Bindusara, tangkap dia!” Khurasan
memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Ashoka. Ashoka berlari mengejar si
pemanah misterius, sementara itu para prajurit mengejar Ashoka, Dharma yang
melihat keberadaan Ashoka diatas pohon tadi panik dan lebih panik lagi ketika
dilihatnya Khurasan juga ada disana, orang yang dulu hendak membunuhnya ketika
dirinya mengandung Ashoka.
Sementara itu Chanakya masih berusaha dibunuh oleh orang
orang yang tidak dikenalnya dengan cara menenggelamkan ke dalam sungai. Di
hutan, Ashoka yang sedari tadi mengejar si pemanah misterius, menghentikan
langkahnya kemudian diambilnya batu dan dilemparkannya ke arah si pemanah, si
pemanah itupun terjatuh akan tetapi tak lama kemudian, si pemanah bisa bangun
dan lari lagi menjauhi Ashoka, ketika Ashoka hendak mengejarnya kembali, para
prajurit telah datang dan menangkapnya “Bukan aku yang memanah, aku sendiri
tidak tahu bagaimana caranya memanah, percayalah padaku ! Itu adalah salah satu prajurit yang menyerangMaharaja !” Ashoka memberontak “Khurasan
menyuruh kami untuk membawa kamu ke dia ! Ayoo cepat !” akhirnya Ashoka dibawa
oleh prajurit menghadap ke Khurasan.
Ditempat Maharaja Bindusara, sang tabib segera
menghampiri sang Maharaja dan mencabut panah yang menancap
didada sang raja sambil berkata “Panah ini beracun”, “Panah ini beracun ? Itu
artinya ada seseorang yang ingin membunuhMaharaja !” ujar Khurasan, Dharma yang saat itu
ada didekat Maharaja dan Khurasan, segera mengambil belati
Khurasan dan menggoreskan luka yang lain ditubuhMaharaja Bindusara “Aku mencoba untuk
menghentikan racun ini agar tidak mencapai jantung, belati ini bisa memberikan
kehidupan dan mengambil kehidupan juga, itu semua tergantung dari cara penggunaannya”
ujar Dharma, tak lama kemudian Ashoka dibawa kedepan Khurasan “Aku berkata
jujur ! Bukan aku yang memanah !” teriak Ashoka lantang, Dharma panik begitu
melihat anaknya diperlakukan seperti itu oleh para prajurit “Dia berkata benar,
tuan ! Aku tadi juga melihat ada orang lain yang berada diatas pohon sana, anak
ini tidak menyerangMaharaja” Dharma mencoba menyelamatkan Ashoka “Kebenaran
akan diputuskan dipengadilan besok !” teriak Khurasan
Sementara itu Radhagupta datang ke sungai dan menemukan
tubuh Acharaya yang terbaring ditepi sungai, Radhagupta menangis melihat
jenazah gurunya, diistana, prajurit mendatangi ibu ratu Helena “Ibu Ratu
Helena, Acharaya telah tewas terbunuh !”, “Maharaja Bindusara memang telah diserang, akan
tetapi perempuan yang dibawa oleh Acharaya itu bisa menyelamatkannya, dia
berusaha sekali” ujar sang tabib “Kenapa dia nggak langsung dibunuh ? Aku telah
mencoba berbagai macam carauntuk
membunuhnya tapi Maharaja Bindusara tidak pernah mati !” Helena
muali kesal “Ada seorang anak yang ditangkap, Khurasan mengira kalau anak itu
yang menyerangMaharaja Bindusara”
sang tabib memberikan informasi ke Helena dan Justin, Justin tertawa dan
berkata “Mereka kira anak itu yang menyerang Maharaja Bindusara”, “Kita bisa mengambil
kesempatan ini, kita akan memastikan bahwa anak itu akan mendapatkan hukumannya
!” ujar Helena “Aku akan mengatasi permasalahan ini karena aku tidak percaya
sama kamu, Justin !” Justin sangat marah, tiba tiba terdengar suara sirene Tiba
tiba terdengar sebuah sirene yang menggema diseluruh istana “Suara apa itu ?”
ibu Ratu Helena keheranan “Itu adalah sebuah tanda pengumumman kalau Acharaya
telah tewas !” ibu Ratu Helena senang mendengarnya.
Begitu mendengar suara sirene tersebut, semua orang yang
memiliki tanda khusus dipunggungnya semacam tato mulai bergerak berkumpul
kesuatu tempat, mereka berasal dari berbagai macam profesi, termasuk salah satu
prajurit yang mempunyai semacam tanda khusus dipunggungnya mendatangi sebuah
tempat prostitusi dan sedang bersenang senang dengan para gadis disana, seorang
gadis berkata padanya “Aku suka tatomu ini” si prajurit sangat terkejut. Mereka
berkumpul disuatu tempat menemui Radhagupta “Kalian adalah mata mata Acharaya
Chanakya, saat ini beliau sudah tewas ! jadi tetaplah waspada ! ada seseorang
yang ingin menggulingkan posisi Maharja Bindusara !”
Saat itu, Khurasan sedang bersama Maharaja Bindusara,
prajurit menginformasikan bahwa Acharaya sudah meninggal, Dharma yang juga ada
disana sangat terkejut “Ini berarti anak kecil itu juga yang telah membunuh
Acharaya” Dharma yang mendengar ucapan Khurasan semakin panik hingga mangkok
yang dipegangnya tumpah “Selamatkan Maharaja Bindusara !” perintah Khurasan ke
Dharma “Aku harus tahu panah yang seperti apa yang menyerang Maharaja
Bindusara, untuk itu aku harus bertemu dengan anak itu, tuan” ujar Dharma
sambil menutupi wajahnya, Khurasan pun menyetujuinya.
Didalam penjara, saat itu Ashoka sedang dipukuli oleh
para prajurit dengan tangan dan kaki diikat rantai “Aku sudah bilang yang
sebenarnya kalau aku tidak menyerang Maharaja Bindusara, aku hanya kesini mau
bertemu dengan ibuku yang diculik oleh Acharaya !” ujar Ashoka sambil teringat
bagaimana dulu Dharma merawat dirinya, bagaimana Dharma selalu merasakan
penderitaannya ketika Ashoka terluka atau sakit, Ashoka sangat sedih, tak lama
kemudian Dharma datang ke penjara menemui Ashoka, masih dengan menutupi
wajahnya dengan dupatta, Dharma berkata “Aku harus bertanya padamu, nak”, “Aku
ini tidak bersalah, aku tidak tahu apa apa” Ashoka sudah merasa lelah ditanyai
terus menerus, Dharma yang sedih melihat Ashoka menyuruh para prajurit untuk
meninggalkannya berdua saja dengan Ashoka, prajuritpun meninggalkannya.
Sepeninggal para prajurit, Dharma membuka dupattanya dan melihat kearah Ashoka
“Ibuuuu” Ashoka senang ibunya datang, lagu Lal Mere pun terdengar. Dharma
segera memeluk Ashoka erat, Dharma sedih melihat keadaan Ashoka yang tubuhnya
lebam karena cambukkan “Ibu, maafkan aku … Akulah yang bertanggung jawab atas
semua ini, aku akan membawa ibu pergi dari sini”, “Ashoka, dalam keadaan
seperti ini kamu masih memikirkan ibu ? Besok kamu akan ditanyai disidang, nak
… tapi kamu harus menjaga dirimu sendiri, kamu harus mengatakan yang
sebenarnya” Dharma ingin sekali menyelamatkan Ashoka “Apa gunanya bicara jujur,
kalau mereka semua tidak mempercayai aku ! Hanya Acharaya yang bisa menolongku,
ibu … dia tahu kenapa aku datang ke istana ini !”, “Acharaya telah dibunuh, nak
!” Ashoka kaget “Kalau begitu katakan pada mereka, bu … Bahwa aku kesini untuk
mencari ibu, aku tidak punya hubungan apapun dengan Maharaja Bindusara !”
mendengar ucapan anaknya Dharma kembali teringat ketika dulu dirinya menikah
dengan Maharaja Bindusara “Ibu, tolong katakan pada mereka bahwa aku kesini
hanya untuk kamu !” Dharma sangat sedih melihat Ashoka karena dirinya tidak
bisa berbuat banyak untuk menolong Ashoka “Ashoka, berjanjilah pada ibu, nak …
bahwa kamu tidak akan menceritakan siapa dirimu yang sebenarnya disidang besok,
berjanjilah pada ibu bahwa kamu tidak akan mengatakan dimana kamu tinggal”
Ashoka merasa ada yang ganjil dengan permintaan ibunya “Mengapa aku harus
menutupi kebenaran tentang diriku ?”, “Lalukan seperti yang ibu katakan,
berjanjilah Ashoka !”, “Ya, aku berjanji, ibu”
Prajurit yang kakinya terluka karena dilukai oleh
Acharaya sebelum Acharaya tewas, menemui tabib istana untuk meminta obat “Kamu
akan baik baik saja, kamu pasti akan segera sembuh” ujar sang tabib kemudian
prajurit itupun pergi meninggalkan tabib, tepat pada saat itu salah satu
prajurit yang merupakan mata mata Acharaya (dengan tanda sebuah tato
dipunggungnya) melihat prajurit yang terluka keluar dari ruangan tabib istana.
Sementara itu diruangan yang lain Ratu Noor (istri
Maharaja) sedang menangis, Justin (adik tiri Maharaja) menemuinya “Kenapa kamu
menangis ?”, “Mungkin saja kali ini Maharaja Bindusara tidak akan hidup lagi,
tanpanya aku pasti tidak akan punya identitas ! Ratu Charumitra tidak akan
membiarkan aku hidup” Justin mendekatinya “Tidak akan ada yang bisa menyentuhmu
selama aku berada disampingmu, Ratu Noor” Justin semakin mendekatinya “Ini
adalah hari sial untuk Maharaja Bindusara bahwa dia tidak akan bisa
mencintaimu” Ratu Noor tersenyum kemudian mereka berduapun berpelukkan.
Ibu Ratu Helena menemui Ashoka dipenjara “Sekarang
ternyata anak anak juga bisa membunuh orang rupanya”, “Aku bukan pembunuh ! Aku
melihat pembunuh sebenarnya” ucapan Ashoka membuat Helena terkejut “Tapi semua
orang mengira kalau kamulah pembunuhnya, jika itu terbukti maka kamu akan
diberi hukuman mati”, “Tidak ada seorangpun yang mempercayai aku, apakah kamu
percaya padaku ? Kamu adalah seorang ratu, kamu bisa menyelamatkan aku” Helena
hanya tersenyum sinis “Sidang tidak akan menerima keputusanku sebagai bukti yang
menentang kamu” Ashoka merasa putus asa “Lebih baik kamu terima saja tudingan
itu bahwa kamu yang menyerang Maharaja Bindusara maka aku akan melakukan
sesuatu yang bisa meringankan hukumanmu” Ashoka bingung “Tapi aku tidak
menyerang siapapun, kalau aku mengatakan seperti itu berarti aku berbohong,
kamu bisa bertanya pada ibuku juga !” Ashoka teringat ucapan ibunya untuk tidak
mengatakan siapa mereka sebenarnya pada orang orang didalam istana “Jadi ibu
kamu ada disini ?” tanya Helena penuh selidik “Tidak ! dia tidak ada disini
tapi dia tahu bahwa aku tidak bisa memanah”, “Kalau begitu kamu harus menerima
tuduhan terhadap dirimu disidang besok, kamu punya waktu sepanjang malam ini
untuk memikirkannya” ujar Helena kemudian berlalu meninggalkan Ashoka, Ashoka
mencoba memikirkan ucapan Helena barusan