Sinopsis Ashoka Samrat episode 1
Episode pertama
Chakravartin Ashoka Samrat di buka dengan narasi dari seorang narator tentang
Ashoka. Narator berkata: “Ini bukan sekedar cerita tapi kisah hidup Prajurit
Ashoka yang memerintah Magadha selama 36 tahun dan seorang ksatria terhebat
sepanjangsejarah. Kakeknya, Chadragupta Maurya adalah singa, yang
turun tahta agar Bundusara bisa menggantikanya menjadi raja Magadha.
Chadragupta menikahi Helena dan membuat semua orang memusuhi Magadha, kaumnya
sendiri dan sesuatu yang unik akan segera terjadi..”
Lalu sebuah pintu
gerbang terbuka. Pendeta Chanakya berdiri di depan pintu itu sambil menatap Singasana. Dia melangkah perlahan namun
pasti. Terdengar auman singa. Chanaknya menghentikan langkahnya dan menatap
tahta dengan pandangan awas. Lalu seekor Singa muncul dari balik singgasana,
mengaum keras dan menerkam Chanakya.
Di
tempat tidurnya Chanakya tersentak. ternyata itu hanya sebuah mimpi. Dengan
rasa pemasaran bercampur aduk dengan rasa khawatir, Chanakya bangkit dari
tidurnya. Angin bertiup membalikan lembaran-lembaran buku diatas meja tulisnya.
Chanakya berdiri dari pembaringan dan menekan buku dengan tanganya. Seorang
pendeta muda datang menghampiri Chanakya dengan heran dan bertanya, “ada
apa Acharia Chanakya?” Chanakya memberitahu pendeta itu kalau dia bermimpi di
serang oleh seekor singa jelmaan dari Samrat Chandragupta. Chanakya juga
memberitahu pendeta muda itu kalau hanya waktu yang akan menunjukan apa yang
akan terjadi, tapi dia yakin sesuatu pasti akan terjadi..
Di sebuah lapangan
luas di Champagarh, Bindusara dan saudara-sudaranya sedang mengikuti sebuah
kompetisi yang diadakan oleh Mir Khorasan. Dalam kompetisi itu, tim BIndusara
melawan timJustin, saudaranya. Di tempat itu duduk dengan anggunnya,
ibu tiri Bindusara, Helena dan istri pertama Bindusara Ratu Charumitra.
Diantara keduanya juga hadir seorang pendeta.
Pemenang kompetisi itu
di tentukan oleh siapa yang sanggup meraih kulit binatang dari tanah dan
membawanya hingga garis finish. Ketika kompetisi
di mulai, Bindusara yang berhasil mengambil kulit itu dari tanah. Namun dalam
perjalanan menuju garis finish, Justinberhasil merebutnya. Bindusara
balik berusaha merebutnya kembali. Tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda
bercadar putih yang melesat menghampiri Justin dan merebut kulit itu
dari tanganya. Dari garis matanya yang indah dan memukau terlihat bahwa dia
adalah seorang wanita. Melihat itu Khorasan tersenyum misterius.
Sambil memegang
kain di tanganya, si gadis memacu kudanya dengan cepat. Tapi Bindusara berhasil
melampauinya dan berusaha merenggut kulit itu dari tanganya. Terjadi tarik
menarik antara keduanya. Ketika garis finish semakin dekat, Bindusara
dengan tenaga prianya membetot kuat hingga kulit itu lepas dari tangan si
gadis. Bahkan karena sakin kerasnya betotan itu, sampai-sampai cadar si gadis
terlepas dan menampakan wajah cantinya. Bindusara berhasil mencapai garis finish dan
semua orang bersorak gembira.Justin menghentikan kudanya tepat di samping
si gadis dan tersenyum penuh kepuasan. Tapi saat matanya melihat betapa cantik
si gadis, Justin terpana.
Sambil menatap
Bindusara, si gadis membuka tutup kepalanya sehingga rambutnya yang panjang
tergerai lepas menampakan atribut kebangsawanannya.
Sambil menenteng
kulit di tanganya, Bindusara naik kepodium di mana sudah menunggu Helena,
Chrumitra dan Mir Khorasan. Bindusara meletakkan kulit itu di kaki Helena.
Helena memuji Bindusara karena memenangkan kompetisi itu sekaligus
menyelamatkan kehormatan Dinasti Maurya karena kalah dari seorang wanita sangat
tidak layak bagi seorang Maurya. Dan Ratu Helena sangat senang karena Bindusara
menghormati dirinya sebagai seorang ibu raja. Bindu dengan hormat berkata kalau
dirinya mengerti arti seorang ibu dari Helena seorang saja, “saya menghormati anda dan bangga bahwa anda adalah
ibu saya.”
Mir Khorasan
mengumumkan kalau pemenangnya akan mendapatkan semua harta dan senjata yang
dimilikinya juga anak perempuannya. Noor Khorasan, atau si gadis bercadar.
Khorasan berkata kalau Noor akan menikahi Bundusara. Terdengar sorak sarai. Justin tertegun
seperti tak terima. Dia melirik Noor yang tersenyum puas. Kakak Noor menghampirinya
dan mengucapkan selamat.
Dengan arogan Noor
berkata kalau dirinya sekarang akan menjadi Ratu Magadha dan menjadi ratu di
hati Bindusara. Khorasan memberi selamat pada Noor. Charumita terlihat sedih
dan kecewa, Helena menghiburnya dengan berkata kalau Bindu menikahi Noor bukan
karena dia cantik tapi karena dia berasal dari keluarga berpengaruh.
Dengan pernikahan itu, kekuatan dan sekutu Magadha akan bertambah. Pendeta juga
membenarkan apa yang di katakan Helena, dia juga turut menghibur dengan berkata
kalau Charumita adalah ibu dari putra pertama Bindusara dan ratu utamanya.
Di kuilnya, Pendeta
Achari Chanakya mendapat berita tentang pernikahan Bindusara dengan Noor
Khorasan. Kabar itu juga mengatakan kalau Khorasan memberikan segalanya pada
putrinya saat dia menikah. Pendeta muda berpendapat kalau semua itu demi
mendukung kekuasaan Magadha, karena Khorasan sangat kuat. Chanakya meminta
pendeta muda agar memahami masalah dari sudut pandan politik. Dengan menikahkan
putrinya pada Bindusara, Khorasan ingin mengontrol Magadha.
Di Champagard, Helena
memberitahu pendeta kalau Bindusara akan pergi berburu. Dia meminta sang
pendeta agar menjaganya. Guruberjanji akan
menjaga keselamatan Bindu dengan baik. Bindusara sedang bersiap-siap akan
bernagkat berburu ketika Chanakya dan rombongan datang. Bindusara memberitahu
Chanakya kalau dirinya akan pergi berburu.Chanakya seharusnya memberi kabar
dulu sebelum datang. Dengan was-was Chanakya memberitahu kalau keadaan sedang
berbahaya, pe,buruan yang lain juga sedang berjalan, yang tujuannya adalah
merebut tahta Magadha. Bindusara tertegun, dan berkata kalau dia tak menyangka
dirinya memiliki musuh di Magadha. Dengan penuh percaya diri, Bindusara meminta
Chanakya agar tenang, karena dirinya tidak selemah yang di sangka Chanakya.
Sebelum pergi Bindusara meminta Chanakya agar tenangsaja, dia akan datang
kembali setelah berburu. Chanakya menatap kepergian Bindusara dengan tegang.
Di hutan, Bindusara
dan pasukannya sedang berburu. Sambil meminum anggur, Bindusara menunggu
hewan buruan muncul. Tiba-tiba dia mendengar suara babi hutan. Bindu meneguk
beberapa gelas anggur sebelum kemudian dia turun dari kudanya dan memasang anak
panah. Seorang diri, Bindu mengendap-endap membidik sasaran. Seekor babi hutan besar muncul di depannya. Dengan cepat
babai itu melesat kearah Bindu. Tapi bindu lebih cepat lagi. Sebelum babai itu
menerjangnya, Bindu melepaskan anak panah yang tepat mengenai kepala si babi hutan. Babi hutan
itu tergeletak tak berdaya. Sambil menginjak tubuh babi hutan, Bindu
mengumumkan kalau pernikahannya akan segera di langsungkan. Belum selesai
Bindu bicara, tiba-tiba sebuah anak panah melesat kearahnya dan mencap di dada.
Bindusara terpelantik kebelakang dengan darah membasahi dadanya. tak lama
kemudian beberapa anak panah menghujani para prajurit
Magadha yang masih tertegun kaget. Lalu muncul beberapa orang dan menyerang
rombongan Bindusara. Seorang prajurit menyuruh Bindusara melarikan diri.
Bindusara menurut. Ketika sampai di tepi air terjun, Bindusara
berhenti sebentar dan mencoba mencabut anak panah yang menancap di tubuhnya.
Tapi naas, dia tercebur ke dalam air terjun. Musuh yang sudah tiba di sana
menyerigai puas melihat tubuh Bindusara lenyap di telan derasnya air
terjun.
Beberapa orang gadis
yang sedang mencoba menangkap kupu-kupu di hutan terkejut melihat mayat-mayat
prajurit bergelimpangan. Salah satu gadis itu memanggil nama Dupatrati.
Yang di panggil keluar
dari gubuknya dan berlari kea arah datangnya panggilan. Dia terkejut melihat
tubuh para prajurit itu, dengan prihatin dia berkata, “manusia
memiliki sisi jahat dan baik…. orang yang dapat mengontrol kemarahan adalah
pemenangnya…” Dupatrati melihat tubuh seorang prajurit bergerak-gerak. Cepat
dia menghampiri prajurit itu. Dengan susah payah si prajurit mengangkat
tanganya dan menunjuk ke sebuah arah. Belum sempat Dupatrati bertanya, prajurit
itu menghebuskan nafas terakhirnya.
Dengan rasa ingin
tahu, Dupatrati dan kawan-kawan pergi kearah yang di tunjuk si prajurit. Mereka
mengikuti jejak tetesan darah hingga ke tepi air terjun. Dengan tatapan
mencari-cari para gadis menyusuri riak-riak air yang terjun bebas menimpa
bebatuan. Hampir saja mereka putus asa, ketika tanpa di sangka-sangka Dupatrati
melihat sesosok tubuh tergeletak di air dangkal.
Helena dan Justin
berdiri diatas balkon istana menatap seorang prajurit berkuda yang menuju ke
gerbang istana. Pendeta menunggu prajurit itu di depan pintu gerbang. SI
prajurit turun dan menyerahkan mahkota Bindusara pada si pendeta. Dengan wajah
penuh sesal si pendeta membawa mahkota itu kepada Helena. Dengan dingin Helena
berkata, “aku inginkan kepalanya, bukan mahkotanya!” Justin menatap mahkota
Bindusara dengan senyum menyerigai.
Sesosok tubuh
tergeletak di tepi danau dengan anak panah menancap di dadanya. Para gadis menghampirinya.
Dupatrati turun ke sungai dan membalikan tubuh itu, terlihatlah wajah Bindusara
yang tak berdaya. Di benteng, Pendeta meminta maaf pada Helena karena tidak
membawa kepala BIndusara, karena siapapun pasti dapat melihat kejahatannya.
Pendeta menyakinkan Helena kalau Bindusara tidak mungkin hidup, dia pasti sudah
mati.
Dupatrati dan
kawan-kawan membawa tubuh Bindusara ke atas sebuah batu. Dupatrati mencabut
anak panah dari dada Bindu dan menghentikan aliran darahnya. Para gadis dengan
cepat menyiapkan ramuan obat dan bekerja keras untuk menyadarkan Bindusara.
Pada Justin Helena
berkata kalau Ayah Justin tidak menjadikan Justin raja Magadha, karena itu
Bindusara harus mengalami semua ini. Helena membuat rencana untuk menghancurkan
Magadha dengan memberitahu rakyat kalau Bindusara sudah mati dan Magadha tidak
punya raja. taklama kemudian Magadha menjadi lautan api. Para musuh menyerang
dan berupaya merebut Magdha. Masing-masing raja musuh mengklaim Magadha sebagai
miliknya. Salah satunya adalah Veer Phat.
Melihat kehancuran
Magadha, Chanakya terlihat gunda dan tegang. Para pendeta mengajukan berbagai
pertanyaan padanya. Chanakya tidak menjawab. Dia melangkah ke balkon dan
menatap magadha yang sudah menjadi lautan api dengan tatapan prihatin. Tiba-tiba
terdengar auman singa. Chanakya mencari arah datangnya auman itu. Dia melihat
singa yang sama yang pernah di liatnya dalam mimpi berdiri gagah di atas baatu
sambil mengaum penuh wibawa. Chanakya dengan bijak berkata kalau situasi ini di
buat dengan sengaja. Dan siapapun yang melakukan itu, dia adalah musuh Magadha.
Orang yang menguasai dan memerintah magadha. tapai apapun yang akan terjadi,
Chanakya tidak akan membiarkan usaha itu berhasil.
Justin ikut helena
menemui ayahnya, Seleucus. Ayah Helena menyambut kedatangan anak dan cucunya
dengan senang hati. Helena bertanya, “ayah, apakah anda siap memenangi
Magadha?” Seleucus tertawa bahagia, ” aku kalah dari Chandragupta Maurya dulu
dan aku masih ingat penghinaan itu. Aku telah mempersiapkan diri untuk merebut
Magadha bertahun-tahun.” Helena memeritahu Seleucus kalau Justin akan membawa
pasukan Magadha keluar untuk menaklukan musuh. Bersamaan dengan itu Seleucus
dapat menyerang Magadha dan menghapus Dinasti Maurya dari bumi Magadha.
Seleucus terlihat senang dan mengucapkan terima kasih pada Helena atas semua
bantuannya dan atas usahanya mempersiapkan Justin untuk situasi seperti ini.
Justin berkata kalau dirinya telah belajar semua nya. Seleucus menyebut Justin
sebagai masa depan Magadha. Justin menyerigai jahat, “aku juga masa depan Noor
Khorasan.”
Kakak Noor Khorasan yang menyertai Bindusara berburu,
ternyata juga terbunuh dalam serangan itu. Pemakanamnnya di adakan dengan penuh
khidmat. Chanakya datang ke upacara itu. Khorasan mengizinkannya masuk. Chanakya
mengucapkan belasungkawan dengan penuh takzim.Khorasan berkata kalau Chanakya
bukanlah pemberi belasungkawa yang dia harapkan. Chanakya menyahut, “saya
setuju. tapi kebenarannya adalah musuh Magadha dan musuh anda adalah sama. Kita
harus bekerja sama untuk menyelamatkan Magadha dan untuk membalaskan kematian
anak anda.” Khorasan bertanya siapa dia? Chanakya menjawab kalau Khorasan akan
segera mengetahuinya. Hanya saja Chanakya ingin Khorasa membantunya
mengembalikan Bindusara sebagai raja Magadha lagi. Khorasan dengan sedikit
enggan meminta Chanakya agar sadar, kalau Bindusara sudah mati. Chanakya
mengatakan selama dia tidaik melihat mayat Bindusara, selama itu pula dia tetap
hidup bagi Chanakya. Chanakya meminta Lhorasan menemukan BIndusara, karena dia
tidak dapat mempercayai siapapun. Dan lagi hanya jika bindusara kembali saja,
maka Noor Khorasan anaknya akan memiliki masa depan yang cerah.
Di hadapan dewan
istana dan ratu Charumitra, pendeta berpura-pura prihatin dengan kondisi
Magadha. Dia meminta mereka semua berhenti meratapi kematian Bindusara dan
bangkit menyelamatkan Magadha. Karena kalau tidak, semua kehancuran ini akan
menjadi penghinaan bagi Dinasti Maurya. Menurut pendeta, satu-satunya cara
untuk menyelamatkan Magadha adalah menganagkat raja baru. Helena mengusulkan
kalau anak Bindusara, Sushim akan menjadi raja Magadha.
Tapi pendeta tidak
setuju, karena mereka tidak butuh raja atas nama saja, tapi raja yang
sesungguhnya. Sushim baru berusia 1 tahun, bagaimana dia akan memerintah
Magadha? Saran pendeta adalaah agar mereka memilih raja yang kuat, yang tahu
bagaimana memerintah negara, mempertahankannya dari serangan musuh dan memiliki
kekuatan untuk menghentikan semua kerusuhan ini. Pendeta menunjuk Justin.
Helena tidak setuju, dia merasa keberatan. Begitu pula Justin, dia menolak,
“aku berduka karena kematian kakak, dan aku tidak bisa mengambil tempatnya.
Tidak akan pernah!” Pendeta membujuk, “jangan terlalu emosional. Pikirkanlah
Magadha.” Pada Charimutra, pendeta berkata kalau Sushim dapat di serang juga,
dan satu-satunya yang dapat melindungi Magadha hanyalah Justin. Pendeta meminta
peretujuan para menteri. Para menteri setuju. hanya satu menteri yang
menyarankan agar mereka meminta pendapat Khorasan tentang keputusan ini. Kalau
dia setuju, maka mereka semua juga setuju.
Khurasan bersiap-siap
untuk melakukan pencarian. Dia berpamitan pada Noor dengan berkata kalau
Bindusara masih hidup, maka dia akan menemukannya dan membawanya pulang.
Setelah berkata begitu dia pergi.
Di depan dewan istana,
pendeta berkata kalau dirinya tidak tahu di mana Khorasan berada. Dan jika
mereka menantiu persetujuan Khorasan, maka Magadha akan terbakar habis.
Keputusan harus diambil sekarang. Helena berkata kalau semua orang
menginginkannya maka dia setuju dengan ususlan ini. “untuk dinasti Maurya.
Justin, kau harus menerima penobatan!” Pendeta, Helena dan Justin saling
bertukar sambil menyerigai puas melihat rencananya berhasil.
Sementara itu,
Dupatrari berusaha keras mengobati Bindusara. Setelah susah payah, akhirnya Bindusara
tersadar.
Di istana, Justin di
nobatkan menjadi raja baru Magadha. Dengan suara penuh wibawa, pendeta berkata,
“Mulai hari ini, Justi adalah Raja baru Magadha!”
Sinopsis
Ashoka Samrat episode 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar