“Ashoka pergilah dulu”
Dharma meminta Ashoka untuk meninggalkan mereka berdua, awalnya Ashoka tidak
mau bahkan menantang Acharaya namun akhirnya Ashoka menurut perintah ibunya dan
meninggalkan mereka berdua “Mengapa kamu kesini ?”, “Bagaimana kamu bisa
mendapatkan cincin kerajaan
ini ?” ujar Chanakya sambil menunjukkan cincin yang diambilnya dari Ashoka tadi “Maharaja selalu memberikan uang dan
makanan untuk rakyatnya tapi tidak memberikan perhiasan yang sangat pribadi
seperti ini, hanya keluarga kerajaan Magadha yang mempunyai hak memilikinya dan
Samrat (Maharaja) juga tahu itu jadi mengapa dia memberikannya untuk kamu ?”
Dharma panik mendengar ucapan Acharaya “Aku tidak tahu mengapa dia memberikan
padaku, jadi bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu ?”
“Jawaban kamu akan
berimbas pada masa depan Magadha, seperti dulu ketika aku bertemu dengan
Chandragupta ketika dia masih muda, dia selalu menyebut dirinya
sendiri dengan sebutan Samrat, aku tahu bahwa dia masa depan Magadha dan
sekarang ketika aku melihat anakmu aku merasakan hal yang sama, ini bukan kebetulan dengan
kamu memiliki cincin ini, anakmu mempunyai semua kwalitas
seorang Samrat, kekuatan yang sama,
kepintaran yang sama yang dimiliki oleh seorang Samrat, aku
kesini untuk menemukan Samrat untuk Magadha” ujar chanakya dengan sikap yang
tegas
“Pergilah dari sini!”
“Kebenaran tidak akan berubah, masa depan Magadha,
kesuksesan Magadha terletak pada takdirnya Ashoka” Dharma terperangah
“Ini
bukan takdir Ashoka tapi kejahatan untuk kehidupan anakku dan aku akan
melakukan apa saja untuk melindungi anakku dari semua ini, kehidupan Ashoka
akan lebih damai dan sejahtera, dia akan menjadi seorang Brahma, jika kamu
tetap bertahan disini untuk beberapa menit saja maka aku berfikir bahwa kamu
telah melewati batas” Dharma tetap bersikeras dengan pendiriannya
“Maharaja Bindusara saat ini sedang dalam
keadaan kritis, dia sedang bertarung antara hidup dan mati”
Dharma menangis
“Magadha akan hancur bila kami tidak mengambil keputusan”,
“Lebih baik pergilah
dari sini” Dharma langsung mengatupkan kedua tangannya didepan dada memohon
Acharaya untuk pergi,
Acharayapun tau diri, diapun mengatupkan kedua tangannya
kemudian meninggalkan Dharma. Sepeninggal Achary Chanakya, Dharma menangis dan
berkata “Aku harus pergi dari sini dengan anakku sehingga masa lalu tidak akan
mengikuti anakku”
Sementara
itu Acharaya Chanakya menemui muridnya, Radhagupta yang menunggunya dari tadi “Sekarang
waktunya kita bertemu dengan MaharajaBindusara
setelah 14 tahun lamanya” ujar Acharaya ke muridnya itu.
Ashoka
menemui ibunya “Ashoka, kenapa kamu membawa cincin ini bersamamu ?” tanya Dharma dengan
kesal
“Apa pentingnya cincin itu, bu? Acharaya datang kesini karena cincin ini? Dan ibu marah padaku juga karena cincin ini?” Dharma tidak menjawab pertanyaan
anaknya namun langsung menggeret lengan Ashoka
“Kita harus pergi dari sini,
Ashoka” Dharma mengajaknya memasuki rumah “Kita harus pergi jauh dari sini”
Ashoka merasa heran dengan ibunya “Kenapa kita harus lari dari sini, bu? Apakah cincin ini ada hubungannya dengan seseorang
yang bertanggungjawab untuk kesedihan kita?”, “Ibu akan menceritakannya suatu
saat nanti” ujar Dharma sambil mengambil baju bajunya, Ashoka kesal “Aku ini
sudah berumur 14 tahun, kapan waktu yang tepat untukku, apakah karena orang itu
sehingga kita harus terus menjauhinya ?”
“Kenapa kamu keras kepala sekali ?”
Dharma mulai kesal dengan anaknya
“Aku menanyakan hakku ! Siapa ayahku, ibu ?
Aku tidak akan pergi dari sini !”, “Kamu ingin dibunuh ?” Ashoka terperangah
“Siapa yang akan membunuhku?”, “Ashoka kamu itu bukan siapa siapa, kamu tidak
tahu apa apa, kekuatan ini tidak ada artinya, kamu harus ikut dengan ibu
kemanapun ibu pergi” Ashoka meninggalkan ibunya dengan raut muka kesal.
Acharaya Chanakya dan Radhagupta memasuki istana setelah
14 tahun lamanya pergi meninggalkan istana, saat itu prajurit menghentikannya
dipintu gerb ang, kebetulan pada saat itu Khurasan menghampirinya dan berkata “Kamu datang sebelum waktunya, aku tidak akan membiarkan kamu bertemu dengan Maharaja Bindusara, pergilah dari sini Chanakya
!” prajurit yang mendengar bahwa yang datang adalah Chanakya langsung
mempersilahkan masuk “Oh, maaf ,,, kamu adalah Chanakya ?”“Kamu tidak
mendengarkan perintahku ?” Khurasan mulai marah pada prajurit yang berjaga itu
“Saya adalah prajurit Magadha dan Magadha mendapatkan Samrat yang pertama kali
karena peran Chanakya jadi saya tidak dapat menghentikan langkahnya” Acharaya
hanya tersenyum dan memasuki istana.
Helena menemui Justin “Justin, kamu bodoh ! Mengapa kamu
tidak membunuh Bindusara di medan perang ?”, “Disana ada Khurasan, ibu … aku
tidak bisa berbuat banyak, dan lagi Pangeran Sushima sekarang sudah berusia 16
tahun, meskipun Bindusara meninggal, Sushima akan mengambil tahtanya” Helena
geram “Pecundang tidak akan pernah menang tapi kamu harus berperan seperti
seorang pemenang !”, “Itu hanya kata kata saja, tapi memang tidak mudah untuk
mengalahkan Magadha, kita telah berusaha beberapa kali untuk membunuh Bindusara
tapi kita tetap saja tidak bisa berbuat apa apa, Khurasan selalu melindungi
Bindusara, ibu” Helena menunjukkan sebuah botol berisi cairan racun yang
berwarna hijau ke Justin “Meskipun aku tidak melahirkan Bindusara tapi aku bisa
memberikan kematian untuknya” ujar Helena dengan senyum sumringah
Acharaya menemui Bindusara dikamarnya, Bindusara sedang
terbaring lemah tidak sadarkan diri “Maharaja, aku telah menemukan masa depan
Magadha, secepat mungkin mereka akan segera datang kesini”
Sementara itu, para prajurit Magadha mendatangi rumah Dharma “Acaharaya telah memerintahkan
pada kami untuk menangkap Ashoka karena Ashoka telah berbuat nakal !”, “Tidak !
Kamu tidak bisa membawanya !” para prajurit menggeret lengan Ashoka secara
paksa, sementara Dharma berusaha mempertahankan anaknya itu, maka tak ayal
tarik menarikpun terjadi memperebutkan Ashoka “Ibuuu”, “Ashokaaa” namun para
prajurit berhasil membawa Ashoka pergi, meninggalkan Dharma sendirian
Didalam
istana Magadha, Acharaya masih berbisik pada Bindusara “Maharaja, maafkan aku,
aku tidak bisa menemukan cara lain untuk membawa Dharma keisni maka aku
harus menahan Ashoka, mereka tidak bisa lari dari takdir mereka sendiri”
Didalam
hutan, dalam perjalanan ke istana Magadha, para prajurit berhasil membawa
Ashoka, saat itu Ashoka ditaruh dalam sebuah sangkar yang terbuat dari kayu
“Akhirnya kita bisa membawa anak ini” ujar salah seorang prajurit, Namun tak lama
kemudian para prajurit membawa kurungan yang kosong ke istana “Dia memang
pintar, dengan cepat dia bisa melarikan diri”, “Bagaimana caranya ?” tanya
Acharaya, kemudian prajurit menceritakan bagaimana Ashoka memperdaya mereka
“Kami telah menangkapnya” ujar prajurit
Namun ditengah perjalanan
Ashoka mengelabui para prajurit begitu dirinya melihatteman temannya
berada diatas pohon “Kalian itu orang yang sangat kuat, kalian telah bertarung
demi Samrat, tapi sayangnya yang mendapat hadiah adalah Samrat, cobapikirkan kalian menangkap aku tapi
siapa yang dapat hadiah ? Acharaya kan ?” Ashoka mencoba menghasut para
prajurit “Dia juga telah mengambil cincin dariku dimana seharusnya kalianlah
yang mendapatkannya, ini tidak adil ! Aku telah menemukan sebuah harta karun,
dan telah mengumpulkannya disuatu tempat tapi kalian telah menangkap aku, aku
akan menunjukkan pada kalian jalan menuju ke harta karun itu” Ashoka berusaha
memperdaya para prajurit “Tidak usah percaya dengan ucapannya, lanjutkan
perjalanan saja” tiba tiba jalan yang akan mereka lalui tertutup oleh pohon
pohong yang tumbang, mereka akhirnya memutuskan untuk melawati jalur dimana ada
harta karunnya “Harta karunnya itu ada disini, biarkan aku keluar dan
melihatnya untuk yang terakhir kali” prajurit itu menuruti keinganan Ashoka,
Ashoka mengatakan bahwa ada harta karun terpendam didepan mereka, dengan
dibantu oleh teman temanAshoka, para prajurit merasa
yakin kalau benar ada harta karun didepan mereka yang ternyata adalah jebakan
Ashoka dan teman temannya, Ashoka berkata “Apa yang
terjadi pada kalian ?” Ashoka dan teman temannya memperdaya mereka “Katakan
pada Acharaya, kalau dia tidak bisa menangkap kekuatan angin !”
Acharaya tersenyum senang mendengar cerita dari para
prajurit dan berkata “Yaa, aku memang tidak bisa menghentikan kekuatan angin
akan tetapi aku bisa memberikan arah pada kekuatan angin”
Ashoka berlari sekuat tenaga dan kembali kerumah namun dia tidak
menemukan ibunya dirumah “Ibuuu … Ibuuuu!” Ashoka mencari ibunya, Ashoka
langsung mengira bahwa Acharaya telah menculik ibunya “Acharaya ! Kamu bisa
melakukan apapun yang kamu inginkan ! Tapi aku akan menemukan ibuku !”
Dharma (ibu Ashoka) mendatangi istana, prajurit yang
berjaga disana menghentikan langkahnya “Tolong katakan pada Acharaya kalau aku
ingin bertemu dengannya” Dharma teringat ketika Maharaja Bindusara mengatakan
padanya bahwa dia akan menjadikannya sebagai Ratu dan tempatnya adalah
disampingnya diistana, bagaimana ketika Maharaja Bindusara berjanji akan
kembali padanya, Dharma juga teringat ketika ayahnya tewas dibunuh oleh
Khurasan “Maharaja Bindusara memintaku untuk membunuhmu !” ujar Khurasan,
ingatan itupun memudar ketika Radhagupt (murid Acharaya) menemuinya “Biarkan
dia masuk !” Dharma segera diantara menemui Acharaya “Siapa kamu ?” Acharaya
tidak mengenali Dharma yang saat itu menutupi wajahnya “Aku adalah Subhadrangi,
dimana anakku ?” ujar Dharma sambil membuka dupattanya tanpa berkata kata
Acharaya yang saat itu sedang berada dikamar Maharaja Bindusara menggeserkan
tubuhnya, sehingga Dharma bisa melihat Maharaja Bindusara yang sedang terbaring
sakit ditempat tidurnya tidak sadarkan diri, Dharma terkejut melihatnya.
Dharma
teringat kenangan indah bersama Maharaja Bindusara, Dharma terpana melihat
kondisi suaminya, lagu tum hi to mere ho pun mulai terdengar merdu, Dharma
mendekati suaminya dan menyentuh dahi sang Raja, rupanya badan Raja Bindusara
demam “Kami telah memberikannya obat” ujar sang tabib yang menemani sang Raja “Tapi
obat itu tidak akan bekerja, kita harus melakukan sesuatu, kalau tidak semua
racun akan menyebar diseluruh tubuhnya” ujar Dharma panik “Aku percaya dengan
Dharma, kamu pergi saja dari sini !” Acharaya menyuruh tabib itu pergi “Dharma,
aku tahu kamu sangat mencintai Maharaja Bindusara, sekarang dia dalam keadaaan
sekarat tapi kamu tidak meninggalkannya”, “Aku datang kesini hanya untuk
anakku, 14 tahun yang lalu beliau berjanji akan kembali padaku tapi kemudian
beliau mengirimkan seseorang untuk membunuh aku dan anakku” Dharma sedih “Itu
tidak benar, Dharma !”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku” tiba tiba
Maharaja Bindusara meracau memanggil nama Dharma dalam keadaan tidak sadar,
Dharma terkejut, lagu tum hi to mere ho pun mulai terdengar lagi “Dia tidak
bertemu dengan dirimu selama kurang lebih 14 tahun tapi dalam keadaan kritis
dia tetap memanggil namamu, lihatlah cintanya padamu, apakah kamu kira dia akan
membunuh kamu dan anakmu ? Hanya kamu yang bisa menyelamatkannya, Dharma”
Acharaya memberikan penjelasan ke Dharma “Ini tidak mungkin !” Dharma menolak
penjelasan Acharaya “Kita harus menyelamatkan dia demii Magadha”, “Baiklah,
tapi aku mempunyai sebuah syarat, jika sampai aku tidak bertemu dengan Ashoka
dalam keadaan selamat, aku tidak akan mengobatinya”, “Kamu tidak usah khawatir
tentang Ashoka, dia baik baik saja” Dharma menatap Maharaja Bindusara.
Sementara itu Helena (ibu tiri Mahraja Bindusara) datang
ke istana dengan tandu didampingi oleh pelayan dan prajuritnya, saat itu Helena
hendak menemui Mahraja Bindusara tapi para prajuritnya menghentikannya “Kami
tidak akan membiarkan siapapun masuk ke dalam istana Maharaja Bindusara” ujar
salah seorang prajurit “Beraninya kamu menghentikan aku !” Ibu Ratu Helena
marah pada prajurit itu “Kami hanya menuruti perintah, Yang Mulia Ratu”, “Siapa
yang telah berani memerintah aku ?!” tepat pada saat itu Acharaya Chanakya
datang kesana dan berkata “Aku yang telah mengambil keputusan ini untuk
kebaikan Samrat (Maharaja), sehingga dia bisa segera sembuh, keputusan ini juga
diambil untuk kebaikan kerajaan Magadha, apakah kamu ingin Maharaja Bindusara
sembuh ?” ujar Chanakya “Aku adalah ibunya”, “Itulah mengapa aku meminta pada
anda” Helena terlihat kesal kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Malam harinya, Ashoka tampak memasuki istana kerajaan
Magadha, para prajurit menghentikannya “Ibuku ada didalam ! Chanakya telah
menculik ibuku untuk mendapatkan aku, katakan padanya bahwa Ashoka telah datang
!” ujar Ashoka lantang “Saat ini Maharaja sedang sakit, tidak ada seorangpun
yang diijinkan untuk masuk !”, “Dia seharusnya memikirkan hal itu terlebih
dahulu sebelum memprovokasi aku !” tiba tiba prajurit itu mendorong Ashoka agar
pergi menjauh dari sana namun, tak lama kemudian Ashoka melihat ada sebuah
gerobak yang akan masuk ke istana, ada banyak bahan makanan di gerobak tersebut
yang akan diberikan pada para prajurit, Ashoka langsung bersembunyi dibawah
gerobak tersebut, gerobak itupun masuk kedalam istana, ketika orang orang sibuk
mengeluarkan bahan bahan makanan, Ashoka menyelinap keluar namun sayangnya ada
seorang prajurit yang melihatnya “Bagaimana kamu bisa masuk ? Siapa kamu yang
berani beraninya menentang prajurit Magadha ?” ujar prajurit, Ashoka langsung
melompat dan berlari menjauhi mereka, dengan sigap Ashoka mampu menghadapi para
prajurit tersebut, berlari dengan kecepatan tinggi, melempar semua barang
barang kearah para prajurit, para prajurit berusaha untuk menangkap Ashoka,
Ashoka menemui para bhiksu yang sedang berdoa, sambil menyambar sebuah syal
Ashoka ikut ikutan berdoa namun tak lama kemudian, prajurit bisa mengenalinya,
ketika hendak lari tanpa sengaja syalnya terkena api.
Ashoka langsung membakar
tempat tersebut dan berlari menjauh dari sana, Acharaya yang mendengar ada
keributan diluar berkata pada Dharma “Dia telah datang, masa depan kerajaan
Magadha” tepat pada saat itu Maharaja Bindusara kembali meracau dan memanggil
nama Dharma “Dharma … Dharma … Dharma” Dharma sedih melihatnya “Dharma, kamu
harus melindungi Maharaja dan anakmu juga”, “Aku berjanji untuk menjauhkan
semua ini darinya, aku tidak bisa terima ini, aku akan pergi !” ketika Dharma
hendak pergi, Acharaya berkata “Anakmu dalam perlindunganku !”
Sementara itu Justin sedang ngobrol dengan gurunya “Guru,
Acharaya telah kembali, ini tidak baik untuk kita !”, “Kamu harus memikirkan
sesuatu, Nikator telah mengirimkan sebuah surat untuk langkah berikutnya”
Justin segera membacanya “Bagaimana kita akan melakukan ini semua ?”, “Buatlah
menjadi mungkin ! Serang Bindusara kemudian Nikator akan menyerang Patliputar
(ibukota Magadha) !” ujar Hellena “Kita akan membunuh anak anak Bindusara
kemudian Justin yang akan menjadi Maharaja !”, “Lalu bagaimana dengan Acharaya
?” Guru ikut menimpali pembicaraan mereka, Helena tersenyum sinis “Besok akan
menjadi hari terakhirnya !”
Sementara itu Ashoka masih berlari menghindari para
prajurit yang berusaha untuk menangkapnya “Magadha saat ini sedang sangat lemah
dan hal ini bisa terlihat dari cara Ashoka yang bisa menghindari begitu
banyaknya prajurit dengan mudah” ujar Acharaya, Ashoka akhirnya berhasil masuk
ke dalam istana, ketika mau masuk dilihatnya banyak prajurit yang berbaris
disana, pada saat itu ada sebuah nampan yang berisi teko air dan gelas
disebelahnya, Ashoka membawa teko tersebut dan berkata pada prajurit “Aku
membawa air untuk Maharaja Bindusara” prajurit itupun mengijinkan untuk masuk
kedalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar